Fakultas Perikanan UCM ikut dalam Rehabilitasi Kawasan Pesisir sebagai Upaya Adaptasi terhadap Dampak Perubahan Iklim di Untia Makassar
Mei 22, 2024 2024-05-22 9:21Fakultas Perikanan UCM ikut dalam Rehabilitasi Kawasan Pesisir sebagai Upaya Adaptasi terhadap Dampak Perubahan Iklim di Untia Makassar
Fakultas Perikanan UCM ikut dalam Rehabilitasi Kawasan Pesisir sebagai Upaya Adaptasi terhadap Dampak Perubahan Iklim di Untia Makassar
Makassar 22 Mei 2024, Perubahan iklim nyata terjadi. Adaptasi diperlukan untuk untuk membentuk keseimbangan.
Ini pula yang dilakukan peserta workshop “Rehabilitasi Kawasan Pesisir sebagai Upaya Adaptasi terhadap Dampak Perubahan Iklim” yang digelar Pusat Studi Perubahan Iklim LPPM Unhas kerja sama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Worksop digelar dua hari, Senin-Selasa, 20-21 Mei 2024 di Hotel Mercure, Jl AP Pettarani, Makassar.
Setelah menerima materi perubahan iklim dan metodologi adaptasi, peserta diajak ke Kampung Nelayan, Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Selasa (21/5/2024). Peserta kegiatan ini adalah dosen di sejumlah perguruan tinggi, mahasiswa, penggiat lingkungan, media, lainnya.
“Kegiatan ini adalah implementasi hasil workshop. Adaptasi dan rehabilitasi pesisir salah satunya dengan menanam mangrove,” ujar Prof Nita Rukminasari dari Pusat Studi Perubahan Iklim LPPM Universitas Hasanuddin (Unhas).
“Di Untia, peserta mempraktikkan apa yang didapatkan dari workshop,” sambung Dosen Ilmu Kelautan dan Perikanan, Departemen Perikanan, Unhas itu.
Terutama mengenai sistem proteksi pesisir yang meniscayakan bakau sebagai pelindung. Banyak perwakilan kampus di luar Unhas yang dilibatkan dalam kegiatan ini.
Untia dipilih sebagai tempat aksi nyata karena dekat dari lokasi workshop. Untia juga merupakan binaan PPI. Masyarakat Untia merupakan kelompok pesisir yang telah sadar menjaga sehingga mangrove tumbuh subur dan luas.
Sementara itu, Sudarwanto dari Balai PPI Wilayah Sulawesi KLHK mengatakan warga Kampung Nelayan, Kelurahan Untia, Biringkanaya, merupakan masyarakat relokasi dari Pulau Lae-lae. Pihaknya sudah beromunikasi dengan kelompok masyarakat sekitar sebelum kegiatan penanaman bakau.
“Bibit mangrove ini disemaikan sendiri oleh masyarakat Untia,” ujar Sudarwanto. Secara teknis, penanaman bakau bisa dengan rumpun atau terpisah alias per batang. Dalam kegiatan ini, peserta menanam secara terpisah.
“Untia ini masuk kampung iklim. Sudah masuk dalam sistem registrasi PPI,” imbuhnya. (zuk)